Sabtu, 14 April 2012

bahaya minyak jelantah: kanker


Mencermati lebih dalam Bahaya Minyak Jelantah



Minyak goreng termasuk sembilan bahan pokok kebutuhan sehari-hari. Tapi tidak banyak orang memahami dampak penggunaan minyak goreng terhadap kesehatan jika digunakan tidak sesuai kaedah, semisal menggunakan minyak goreng berulang-ulang. Penggunaan minyak secara berulang (minyak bekas/jelantah) dapat memicu kanker. Minyak yang telah dipakai untuk menggoreng menjadi lebih kental, mempunyai asam lemak bebas yang tinggi dan berwarna kecokelatan. Selama menggoreng makanan, terjadi perubahan fisiko-kimia, baik pada makanan yang digoreng maupun minyak yang dipakai sebagai media untuk menggoreng.
Umumnya, minyak goreng digunakan untuk menggoreng dengan suhu minyak mencapai 200-300 °C. Pada suhu ini, ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh rusak, sehingga tinggal asam lemak jenuh saja. Risiko terhadap meningkatnya kolesterol darah tentu menjadi semakin tinggi. Selain itu, vitamin yang larut di dalamnya, seperti vitamin A, D, E, dan K ikut rusak.  Kerusakan minyak goreng terjadi atau berlangsung selama proses penggorengan, dan itu mengakibatkan penurunan nilai gizi terhadap makanan yang digoreng. Minyak goreng yang rusak akan menyebabkan tekstur, penampilan, cita rasa dan bau yang kurang enak pada makanan. Dengan pemanasan minyak yang tinggi dan berulang-ulang, juga dapat terbentuk akrolein, di mana akrolein adalah sejenis aldehida yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan, membuat batuk konsumen dan yang tak kalah bahaya adalah dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker dalam hati dan pembengkakan organ, khususnya hati dan ginjal.
Minyak goreng yang telah dipakai secara berulang-ulang, akan mengalami beberapa reaksi yang dapat menyebabkan menurunkan mutu minyak. Pada suhu pemanasan sampai terbentuk akrolein. Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng akan mengalami peruraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun. Bila minyak digunakan berulang kali, semakin cepat terbentuk akrolein. Yang membuat batuk orang yang memakan hasil gorengannya. Jelantah juga mudah mengalami reaksi oksidasi sehingga jika disimpan cepat berbau tengik.
Selain itu, minyak jelantah juga disukai jamur aflatoksin sebagai tempat berkembang biak. Jamur ini menghasilkan racun aflatoksin yang menyebabkan berbagai penyakit, terutama hati/liver. Minyak Jelantah merupakan limbah dan bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Jadi, jelas bahwa pemakaian minyak jelantah dapat merusak kesehatan manusia. Menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya.
Selanjutnya, proses dehidrasi (hilangnya air dari minyak) akan meningkatkan kekentalan minyak dan pembentukan radikal bebas (molekul yang mudah bereaksi dengan unsur lain). Proses ini menghasilkan zat yang bersifat toksik (berefek racun) bagi manusia.
Jadi, penggunaan minyak jelantah secara berulang berbahaya bagi kesehatan. Proses tersebut dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun. Pada minyak goreng merah, seperti minyak kelapa sawit, kandungan karoten pada minyak tersebut menurun setelah penggorengan pertama. Dan hampir semuanya hilang pada penggorengan keempat. Minyak jelantah sebaiknya tidak digunakan lagi bila warnanya berubah menjadi gelap, sangat kental, berbau tengik, dan berbusa.




Kiat memilih minyak goreng dan mencegah dampak negatifnya:
  1. Pilihlah minyak goreng yang sesuai dengan kebutuhan.
  2. Jangan lupa baca label dan informasi yang lengkap. Bagi yang memiliki kadar kolesterol darah tinggi, hendaknya memilih minyak yang banyak mangandung asam lemak tidak jenuh, seperti minyak jagung dan minyak kedelai.
  3. Jangan memilih minyak goreng hanya dengan warna dan penampilan. Minyak yang jernih tak selalu lebih baik dari minyak yang berwarna kuning pekat. Warna dipengaruhi oleh karotenoid dan komponen lain dalam minyak. Dalam beberapa hal, karotenoid sangat menguntungkan bagi kesehatan. Sedapat mungkin bahan pangan yang digoreng menggunakan minyak yang sedikit. Hal ini menghindari penyerapan minyak yang berlebihan dan menghindari pemakaian minyak yang berulang-ulang.
Agar minyak goreng tidak mudah rusak:
  • Sebaiknya panas yang digunakan tidak terlalu tinggi.
  • Simpan minyak goreng di tempat yang tertutup rapat, dingin, dan terhindar dari panas matahari. Dengan demikian minyak goreng terhindar dari oksidasi dan tidak mudah tengik.
  • Bersihkan penggorengan dengan detergen sehingga bebas dari kerak dan kotoran lainnya. Jangan membiasakan menggunakan minyak bekas. Untuk mencegah kadar minyak yang berlebihan pada makanan gorengan, tiriskan makanan tersebut secara sempurna sebelum dimakan.  Dari Berbagai Sumber/DWI/M-1

Daftar Pustaka

April 6th, 2011 Ditulis Oleh Wiwin Sulistyowati  
Diunduh tanggal 10 April 2012. Jam 21.43

1 komentar:

Unknown
15 Juni 2015 pukul 19.25

terimakasih banyak untuk artikel ini, informasi yang bermanfaat.

http://obattraditional.com/obat-tradisional-penyakit-tipes/

Posting Komentar